Code of Conduct dalam Mencari Ilmu
Devi Rahya
March 13, 2019
2 Comments
Bismillahirrahmanirrahim
Kurang lebih lima tahun yang lalu saya memutuskan untuk melamar di sebuah Pre-School di Depok untuk menjadi Playgroup Teacher saat itu. Saya yang baru saja lulus dari SMA dan skip setahun untuk pengabdian lalu melamar kerja tanpa banyak pengalaman, ditolong Allah dengan diterima di sekolah tersebut.
Wanita tersebut, empunya Pre-School tempat saya bekerja memang sangat baik hati telah menerima saya saat itu, bersabar dengan metamorfosa saya selama bekerja disana, dari saya yang sangat kosong hingga saya yang lumayan terisi. Tidak, saya tidak mengatakan ilmu mengajar dan pengalaman saya banyak. Ibarat botol, mungkin saya masih baru terisi 20ml saja?
Jika dikorelasikan dengan alasan mengapa saya ingin sekali mengikuti perkuliahan di Ibu Profesional khususnya di kelas Bunda Sayang adalah karena saya ingin mematangkan jiwa saya sebagai guru plus sebagai ibu dan istri. Menjiwai disini berarti secara bathiniah dan lahiriah saya mampu menjalani peran dengan baik, dengan tidak asal-asalan, dengan menggunakan hati, dan dengan tanpa lelah mengasihi.
GIF Source: Pinterest |
Saat saya bekerja dan mendedikasikan diri menjadi guru di sekolah tersebut, ada beberapa peraturan yang menyebutkan bahwa orang tua diharapkan tidak menginterupsi saat kegiatan belajar berlangsung. Preschooler tentunya akan sulit beradaptasi jika ayah dan bunda terus-menerus membuntutinya terutama saat ia dalam masa separation anxiety atau masa penyesuaian untuk berpisah dengan orang tua selama waktu sekolah berlangsung. Contoh tersebut menjadi satu catatan mengapa mendidik dengan mengajar merupakan dua hal yang berbeda.
Namun, saya ingin mengejar target saya bahwa saya bisa mengedukasi anak saya dan saya tetap bisa menjadi guru untuk anak saya. Dalam bidang apapun yang saya mampu.
Saya percaya perkuliahan ini bisa membantu saya untuk mencapai hal tersebut. Memang, bukan mudah memainkan dua peran, sebagai ibu dan guru di rumah. Its always worth to try indeed.
Berkaitan dengan keinginan saya menekuni kelas Bunda Sayang ini, tentu saja saya harus memiliki strategi dalam pelaksanaannya. Bukan hal yang muluk-muluk. Saya akan mulai kembali kebiasaan saya (yang terdahulu) untuk mencatat, mengalirkan, menjabarkan segalanya dalam buku catatan dan agenda. Jika terdahulu di masanya Nabi dan Shahabat mendapat ilmu lalu terserap sampai Shudur atau hati mereka, berbeda dengan masa kini yang saya rasa tidak mudah jika hanya dapat lalu terhempas tanpa tercatat. Kurang lebih dari apa yang saya tahu, selain banyak membuat perencanaan, perkuliahan di Bunda Sayang ini juga membutuhkan pengaplikasian nyata. Itulah yang menjadi kunci dan harapan terbesar saya. Agar saya bisa mengerjakan dan mengamalkan ilmu yang sebenarnya sudah sangat aplikatif tersebut.
Lagi, saya bersyukur di dalam perkuliahan ini saya diajari banyak pondasi dasar untuk memperkokoh ilmu yang akan saya terima. Code of Conduct yang menjadi materi awal adalah kunci lain untuk menjemput konsistensi, komitmen, serta stabilitas kesemangatan diri saya. Bahkan saya kembali diingatkan bahwa sebelum ilmu ada adab, dan itulah pondasi terkuat penjemputan ilmu untuk mengimprovisasi diri.
Terkait dengan Code of Conduct tersebut, saya menjadi lebih banyak berkaca terutama dalam penggunaan sosial media sebagai wadah tholabul 'ilmi. Hal sekecil menghargai pendapat orang lain, mendengarkan orang lain hingga selesai beropini, sampai hal besar seperti menjaga amanah dan tidak menyalahgunakan materi untuk kepentingan pribadi membuat saya ingin lebih berhati-hati lagi.
Kebanyakan dari kita menganggap remeh penggunaan sosial media. "Ah tidak apa, kami tidak akan bertemu in person" atau "Ah tidak akan ada yang tahu saya akan mengerjakan ini atau tidak", adalah sedikit dari banyak penyakit yang bisa saja muncul karena penggunaan sosial media tersebut.
Dan yang lebih mengerikan lagi adalah adanya ketersinggungan sampai kebencian yang muncul karena kemungkinan untuk salah paham dalam mencari ilmu dan berkomunikasi dengan sosial media kerap terjadi.
Itu hal-hal yang sangat sangat sangat saya hindari. Code of Conduct ini bagai perisai yang membuat saya bisa bertahan dari kejelekan diri saya sendiri sebenarnya. Sehingga saya siap menuntut ilmu, menyerap ilmu, dan mengaplikasikan ilmu dengan baik dan mulia caranya.