Thursday, February 28, 2019

Lihatlah Suamimu

February 28, 2019 0 Comments


Sesekali lihatlah suamimu, ketika ia terlelap bahkan mendengkur, ketika lelah di hari panjangnya tidak mampu kau ukur

Sesekali lihatlah suamimu, ketika ia bergegas mengambil langkah, berdesakan di kereta atau terjebak dalam antrian kendaraan, berjuang dalam hiruk pikuk demi menafkahimu sebagai kewajiban

Sesekali lihatlah suamimu, yang termenung karena sepi pengunjung, yang dalam hati air matanya berderai karena pembeli tak cukup ramai, atau pilu melihat putrinya menangis karena inginnya akan boneka baru yang manis

Sesekali lihatlah suamimu, yang teguh walau pikirannya keruh, yang semangat walau harinya berat, yang berusaha bangkit walau seluruh badannya sakit

Sesekali lihatlah suamimu, yang berusaha mendengarkanmu walau mungkin harinya penuh pengabaian, yang berusaha memahamimu walau mungkin harinya penuh dengan kesulitan

Kesulitan yang ia pendam, kesulitan yang sengaja ia abaikan, kesulitan yang ia terima dan enggan ia bagikan

Sesekali lihatlah suamimu. Jatuh hatilah padanya lagi dan lagi.

- Devi Rahmayanti. 2019.

Sunday, February 24, 2019

Media Penolong

February 24, 2019 0 Comments

Bismillah.

“Yaa Allah, berikanlah kepada hamba rezeki berupa kebaikan secara menyeluruh dalam diri hamba dan hapuskan kejelekan-kejelekan hamba”

Benar seperti yang orang bijak bilang bahwa kita memang tidak selalu diberikan apa yang kita inginkan namun apa yang kita butuhkan. Terkadang memang sulit bagi saya untuk berpura-pura tidak melihat pencapaian yang teman sebaya saya raih. Alur hidup mereka yang bisa terbilang “rapi”, sekolah, kuliah, wisuda, bekerja, berbisnis, menikah. Yes it is, it’s never too old to learn. Berbanding dengan saya yang alur hidupnya sedikit berbeda, sekolah, pengabdian, bekerja, menikah, kuliah. Saya bersyukur sekali Allah memberikan alur hidup yang demikian. Selain karena itu memang sudah tertulis, saya juga bisa mengambil banyak hikmah dari kehendak Allah akan saya dan jalan hidup saya.

Hanya saja, ini membuat saya membutuhkan kekuatan ekstra. Menjadi seorang istri serta ibu di usia muda terbilang gampang-gampang-susah, or even susah-susah-gampang 😁 saya harus bisa memiliki kekuatan untuk melawan ego saya sendiri—ego yang sangat tinggi, saya harus bisa memiliki kekuatan untuk melawan amarah-amarah saya, saya harus bisa memiliki kekuatan untuk mendampingi suami saya di setiap jatuh dan bangkitnya, saya harus bisa memiliki kekuatan untuk mengayomi anak saya dengan tulus, dalam keadaan apapun. Sulit, senang, sehat, lelah, sakit. Dalam keadaan apapun.

Jika saya bisa memilih untuk kembali ke masa lalu, saya memilih untuk lebih banyak mempersiapkan diri dalam menjadi seorang istri dan ibu. Sesepele apapun ilmu itu, saya harus gali dan tanam dengan baik. Bahkan sekecil ilmu mengiris bawang, tips mencuci sambil memasak, menjahit celana-celana yang sobek, sampai ke ilmu kompleks seperti berkomunikasi efektif dengan pasangan atau macam-macam pola pengasuhan positif. Lagi, Allah memang tidak memberikan saya pelajaran berupa jurnal, modul atau catatan. Allah decreed destiny, and I have to go through it properly.

Alhamdulillah, lagi-lagi saya dikirimkan pertolongan oleh Allah melalui media atau perantara-Nya yang sungguh baik. Diberikan sahabat-sahabat yang dengan mereka saya selalu merasa keimanan saya re-charged. Diberikan suami yang dengan sangat sabar menemani saya yang mungkin cukup lambat bermetamorfosis. Diberikan teman-teman yang dengan rendah hati selalu berbagi dan menolong saya dengan cara membagikan ilmu tentang wadahnya mencari ilmu. Salah satunya adalah menjadi anggota dari Institut Ibu Profesional ini. Masyaallah.

Pict Credit: instagram.com/llt1711

To be totally honest, ada banyak sekali media yang bisa kita gunakan untuk menimba ilmu. Ilmu apapun itu. Kuliah online, kuliah WhatsApp, workshops, training, parenting talk show, dan sebagainya. Pun dengan metode serta pemahaman ilmu yang beragam dari pakar yang berbeda pula. Terkadang saya harus pandai-pandai memilih apa yang harus saya tekuni, yang sesuai dengan kapasitas gelas yang saya miliki. Yang tidak akan turah-turah dan berakhir dengan tumpah sehingga isinya segitu-segitu saja.

Namun di Ibu Profesional ini, entah kenapa saya merasa benar-benar diayomi :’) di sekitar saya, walau jujur belum pernah bertemu beliau semua secara langsung, namun saya tidak pernah merasa berjuang sendirian. Di dunia saat ini, di media sosial manapun, sepertinya orang-orang mulai menganggap “nyinyir” sebagai budaya yang tidak lagi asing. Terutama di kalangan wanita. Bahasan ini akan sangat panjang jika dijabarkan. Tapi akhirnya setelah lelah dihadapi asap-asap kurang sehat tersebut, Allah memberikan saya penerangan berupa kesempatan untuk berada disini. Di Ibu Profesional saya merasa didorong dengan perhatian. Semua menjadi pembelajar tanpa harus merendahkan satu dengan lainnya. Semua wanita hebat namun tidak ada yang terlihat tinggi hatinya. Semua menggali potensi dan bersinergi dalam kebaikan. Bukan mencari kesalahan lalu merendahkan.

Ilmu yang diberikan di jenjang perkuliahan dalam menjadi ibu ini sangat aplikatif. Saya juga selalu diminta untuk merancang, memikirkan, menentukan, dan berkaca seputar pencapaian diri sendiri maupun keluarga. Setiap kali saya mengerjakan tantangan yang diberikan di kelas Pra-Bunda Sayang ini, saya selalu berpikir matang-matang dan bertanya ke dalam. Apa yang benar-benar harus saya alirkan ceritanya, apa yang harus saya perbaiki, kenapa saya bingung? Apakah karena memang belum melakukan apapun untuk perbaikan diri dan keluarga?

Dan saya sangat berterima kasih untuk itu semua💚

Terima kasih banyak untuk teman satu team di kelas pra-bunsay ini. Sudah inspiratif, kreatif pula! 💗
instagram.com/caturputri_

#semangatbundasayang
#ipbogorbergerak

Tuesday, February 19, 2019

Good New Habits to Bloom New Flowers in Me

February 19, 2019 0 Comments

Setelah hujan mengguyur kota dimana kami berada, lalu menyantap mie ayam sebagai menu makan siang, dan Mba Althaf tertidur pulas setelah asyik diam-diam memainkan bedak dan menaburkannya ke seluruh kaki serta karpet J Alhamdulillah bisa kembali membuka diskusi singkat bersama suami.

“Yah, jika aku harus memulai kegiatan sebagai habit untuk menjadi core dalam perbaikan diri aku, ayah, atau anak kita, menurut ayah apa yang harus aku mulai?”

Pict Source: instagram.com/ens2e

Lalu suami saya berpikir dan terdiam. “Bun, gimana kalau kita mulai dengan rutin sholat dhuha di setiap harinya?”

Saya terdiam dan kemudian mengangguk.

Sebenarnya, saya memiliki banyak sekali hal yang ingin mulai dilakukakan untuk menjadi kebiasaan baik. To be totally honest, saya masih memiliki banyak kelemahan terutama dalam manajemen diri, waktu, serta energi. Bahkan sebelum resign, masih banyak hal yang membuat saya messed up seperti pengeluaran membengkak karena jarang memasak, merasa memiliki sedikit sekali waktu dan sangat kelelahan dalam menjalani rutinitas, serta sering berdebat cantik-ganteng dengan suami tentang permasalahan-permasalahan sepele yang inti masalahnya hanya karena kelelahan dan butuh perhatian lebih 😝 itulah mengapa saya pikir saya harus mulai memperkuat konsistensi dan menciptakan pola hidup serta habit yang lebih baik.

Dan mengapa saya harus mendiskusikan terlebih dahulu dengan suami? Tentunya saya membutuhkan supervisor dan pengingat ketika suatu saat saya lalai, lupa, atau sengaja meninggalkan kegiatan tersebut. Berjalan bersama sambil berpegang tangan juga terasa lebih baik😻

Alhamdulillah, setelah mempelajari hal baru di kelas calon peserta Bunda Sayang IP Bogor bersama wanita-wanita hebat disana, api di diri saya mulai kembali menyala. Banyak peneliti, pakar, bahkan penasihat yang menganjurkan setiap insan agar membiasakan suatu kegiatan dalam 21 hari, 30 hari, 40 hari, 90 hari bahkan 6 bulan untuk bisa membentuk kegiatan tersebut menjadi kebiasaan dan bahkan gaya hidup.

Jika diingat, sebenarnya Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda tentang hal ini, walaupun konteksnya dalam hal ibadah, namun jika diniati untuk ibadah maka kegiatan tersebut InsyaAllah akan berbuah pahala, bukan? J

”Wahai manusia, lakukanlah amalan sesuai dengan kemampuan kalian. Karena Allah tidaklah bosan sampai kalian merasa bosan. (Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang ajeg (berkelanjutan) walaupun sedikit.” – Hadits Riwayat Muslim.

Dan mengapa harus memilih Sholat Dhuha?
Karena hakikinya kita diciptakan Allah di dunia ini bukan untuk apapun melainkan untuk beribadah kepada-Nya bukan? Saya cukup sedih jika mengingat 24 jam yang Allah berikan setiap hari namun ketika berpikir cukupkah perbuatan dan amalan tersebut memperberat timbangan amal baik saya di akhirat nanti?

GIF Source: Tumblr

Kami yakin, dengan kami mengawali hari dengan beribadah, InsyaAllah semua kegiatan baik lain yang kami rencanakan akan berjalan dengan lancar. Jika melibatkan Allah dalam segala hal maka Allah akan banyak mengirimkan pertolongan, bukan? Jika mengutamakan Allah dalam setiap hari maka Allah akan mempermudah segala hal, bukan? Jika kita lebih mencintai Allah maka Allah akan dengan mudah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan?

Saya mulai menciptakan afirmasi positif tentang menjalani kegiatan ini di setiap harinya. Mudah-mudahan Allah permudah pagi hingga malam kami, Allah perluas hati kami dan jauh dari rasa kekurangan, serta Allah menumbuhkan kembali bunga serta semangat baru di diri saya untuk menjadi anak, wanita, istri serta ibu yang lebih baik lagi.

#SemangatBundaSayang
#IPBogorBergerak

Saturday, February 16, 2019

"Bunda Sayang"

February 16, 2019 2 Comments

Anyone can be cool but awesome takes practice – Lorraine Peterson.

Beberapa kali saya perhatikan, laki-laki yang saat ini menjadi suami saya menyebutkan kutipan tersebut di setiap rapat mingguan yang kami jalani di tempat kami mengabdi dulu. Siapa saja bisa jadi keren, tapi yang luar biasa adalah yang bisa mempratikkan segala ilmu dan teori dalam kesehariannya.

Saya sempat berdecak kagum, karena memang tidak salah. Untuk menjadi seseorang yang luar biasa, wawasan memang sangat penting. Namun, praktik dan pengamalannya yang menurut saya menjadi penentu ilmu tersebut akan bermanfaat atau berdebu.

Biidznillah, sampailah saya pada tahap menjadi seorang wanita yang disebut juga sebagai orang tua. Quote di atas tadi sering kali menampar saya kanan dan kiri, memang ilmu yang saya gali masih sangat sedikit, namun apakah saya sudah totalitas dalam pengamalannya di setiap rutinitas?

pict source: Pinterest

“Alirkan kebutuhan untuk mengeluarkan ribuan kata perhari ke dalam tulisan, sehingga gak cerewet-cerewet banget ke suami dan anak”

“Saat marah, atur pernapasan. Inhale-exhale. Kalau bisa ditangani, silahkan. Kalau tidak, tinggalkan sebentar.”

“Berkata yang baik, berprasangka yang baik. Sesungguhnya di dalam dzon ada dosa, siasati dengan profesional. Your words and thoughts reflect who you really are.”

Contoh, ketiga hal di atas. Basic yet complicated when it comes to a try. Khususnya kepada saya, yang masih punya banyak “pe-er” akan kestabilan emosi dan pola hidup. Bahkan saya masih sering melamun, lalu berpikir kenapa Allah memberikan saya qodar untuk menjadi orang tua dan istri sebegini cepat?

Karena Allah ingin saya memfungsikan diri dan terus belajar.

Ada banyak sekali sumber untuk saya gali dan pelajari. Namun dari jumlah sebanyak itu, manakah yang benar-benar bisa membuat saya awesome seperti yang dikatakan Lorraine di atas?

Alhamdulillah, setelah setahun menunggu dan sempat ada gap karena keterlambatan untuk mendaftar, saya bisa kembali menantang diri untuk mengikuti kelas lanjutan di Bunda Sayang Ibu Profesional. Namun, apa yang membuat saya ingin sekali berada di tahap sana?

Karena saya tidak ingin selesai dengan menyedihkan *glassy eyes*

Saya tidak ingin berhenti menjadi saya yang saat ini. Saya masih perlu menata diri, mengendalikan emosi, merancang visi dan misi, menjadi kebanggan anak dan suami, serta memasuki Surga Allah tanpa hisaban melalui empat sisi. Menjadi istri yang menjaga sholat lima waktu, bersungguh-sungguh dalam puasa Ramadhan, menjaga farji dari pelanggaran, dan taat kepada suami.

Lagi, empat hal namun rumit jika tidak didasari hati yang luas, ilmu yang mumpuni, serta batin dan raga yang tangguh untuk mempraktikkan ilmu dan teori yang tercatat. Itulah mengapa saya membutuhkan “tangan bantuan”, saya membutuhkan media untuk dapat konsisten dalam empat hal tersebut, sehingga prospeknya saya akan lebih kuat dalam cabang kewajiban saya sebagai sekolah yang utama untuk anak-anak saya sepanjang hidup. Sungguh berat, namun mulia :')

Karena yang terpenting adalah bagaimana wawasan tidak sekedar menjadi pedoman dan catatan. Namun menjadi penolong, penggugah, dan pendorong untuk mulai bergerak dan memulai implementasi. Semoga Allah permudah.

Lagi, siapakah yang bisa membuat saya menjadi awesome seperti yang dikatakan kutipan di atas?
Ya, jawabannya adalah diri saya sendiri. Takes practice. Takes practice. Takes practice.

pict source: instagram.com/shelley_illustration
#semangatbundasayang
#ibuprofesionalbogorbergerak