Sunday, February 24, 2019

Media Penolong


Bismillah.

“Yaa Allah, berikanlah kepada hamba rezeki berupa kebaikan secara menyeluruh dalam diri hamba dan hapuskan kejelekan-kejelekan hamba”

Benar seperti yang orang bijak bilang bahwa kita memang tidak selalu diberikan apa yang kita inginkan namun apa yang kita butuhkan. Terkadang memang sulit bagi saya untuk berpura-pura tidak melihat pencapaian yang teman sebaya saya raih. Alur hidup mereka yang bisa terbilang “rapi”, sekolah, kuliah, wisuda, bekerja, berbisnis, menikah. Yes it is, it’s never too old to learn. Berbanding dengan saya yang alur hidupnya sedikit berbeda, sekolah, pengabdian, bekerja, menikah, kuliah. Saya bersyukur sekali Allah memberikan alur hidup yang demikian. Selain karena itu memang sudah tertulis, saya juga bisa mengambil banyak hikmah dari kehendak Allah akan saya dan jalan hidup saya.

Hanya saja, ini membuat saya membutuhkan kekuatan ekstra. Menjadi seorang istri serta ibu di usia muda terbilang gampang-gampang-susah, or even susah-susah-gampang 😁 saya harus bisa memiliki kekuatan untuk melawan ego saya sendiri—ego yang sangat tinggi, saya harus bisa memiliki kekuatan untuk melawan amarah-amarah saya, saya harus bisa memiliki kekuatan untuk mendampingi suami saya di setiap jatuh dan bangkitnya, saya harus bisa memiliki kekuatan untuk mengayomi anak saya dengan tulus, dalam keadaan apapun. Sulit, senang, sehat, lelah, sakit. Dalam keadaan apapun.

Jika saya bisa memilih untuk kembali ke masa lalu, saya memilih untuk lebih banyak mempersiapkan diri dalam menjadi seorang istri dan ibu. Sesepele apapun ilmu itu, saya harus gali dan tanam dengan baik. Bahkan sekecil ilmu mengiris bawang, tips mencuci sambil memasak, menjahit celana-celana yang sobek, sampai ke ilmu kompleks seperti berkomunikasi efektif dengan pasangan atau macam-macam pola pengasuhan positif. Lagi, Allah memang tidak memberikan saya pelajaran berupa jurnal, modul atau catatan. Allah decreed destiny, and I have to go through it properly.

Alhamdulillah, lagi-lagi saya dikirimkan pertolongan oleh Allah melalui media atau perantara-Nya yang sungguh baik. Diberikan sahabat-sahabat yang dengan mereka saya selalu merasa keimanan saya re-charged. Diberikan suami yang dengan sangat sabar menemani saya yang mungkin cukup lambat bermetamorfosis. Diberikan teman-teman yang dengan rendah hati selalu berbagi dan menolong saya dengan cara membagikan ilmu tentang wadahnya mencari ilmu. Salah satunya adalah menjadi anggota dari Institut Ibu Profesional ini. Masyaallah.

Pict Credit: instagram.com/llt1711

To be totally honest, ada banyak sekali media yang bisa kita gunakan untuk menimba ilmu. Ilmu apapun itu. Kuliah online, kuliah WhatsApp, workshops, training, parenting talk show, dan sebagainya. Pun dengan metode serta pemahaman ilmu yang beragam dari pakar yang berbeda pula. Terkadang saya harus pandai-pandai memilih apa yang harus saya tekuni, yang sesuai dengan kapasitas gelas yang saya miliki. Yang tidak akan turah-turah dan berakhir dengan tumpah sehingga isinya segitu-segitu saja.

Namun di Ibu Profesional ini, entah kenapa saya merasa benar-benar diayomi :’) di sekitar saya, walau jujur belum pernah bertemu beliau semua secara langsung, namun saya tidak pernah merasa berjuang sendirian. Di dunia saat ini, di media sosial manapun, sepertinya orang-orang mulai menganggap “nyinyir” sebagai budaya yang tidak lagi asing. Terutama di kalangan wanita. Bahasan ini akan sangat panjang jika dijabarkan. Tapi akhirnya setelah lelah dihadapi asap-asap kurang sehat tersebut, Allah memberikan saya penerangan berupa kesempatan untuk berada disini. Di Ibu Profesional saya merasa didorong dengan perhatian. Semua menjadi pembelajar tanpa harus merendahkan satu dengan lainnya. Semua wanita hebat namun tidak ada yang terlihat tinggi hatinya. Semua menggali potensi dan bersinergi dalam kebaikan. Bukan mencari kesalahan lalu merendahkan.

Ilmu yang diberikan di jenjang perkuliahan dalam menjadi ibu ini sangat aplikatif. Saya juga selalu diminta untuk merancang, memikirkan, menentukan, dan berkaca seputar pencapaian diri sendiri maupun keluarga. Setiap kali saya mengerjakan tantangan yang diberikan di kelas Pra-Bunda Sayang ini, saya selalu berpikir matang-matang dan bertanya ke dalam. Apa yang benar-benar harus saya alirkan ceritanya, apa yang harus saya perbaiki, kenapa saya bingung? Apakah karena memang belum melakukan apapun untuk perbaikan diri dan keluarga?

Dan saya sangat berterima kasih untuk itu semua💚

Terima kasih banyak untuk teman satu team di kelas pra-bunsay ini. Sudah inspiratif, kreatif pula! 💗
instagram.com/caturputri_

#semangatbundasayang
#ipbogorbergerak

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.